Demi 4 Orang Adiknya, Deni yang Masih SD Terpaksa Jadi Tulang Punggung Keluarga



Kisah hidup Deni begitu memilukan. Bagaimana tidak, bocah yang seharusnya masih duduk di bangku SD ini harus putus sekolah demi menghidupi empat orang adiknya usai sang ayah meninggal dunia. Diketahui, ayah Deni memang meninggal dunia sejak tiga bulan lalu dan tidak ada seorang pun yang mengambil alih tanggung jawabnya. 

Sebenarnya, sulung dari lima bersaudara ini ingin tetap bersekolah. Namun apa daya, nasib malang tak bisa ia hindari. Jika bukan dirinya, siapa lagi yang hendak mengurus hidup keempat adiknya yang juga masih belia. 

Setiap hari, Deni terpaksa mencari nafkah dengan cara menjadi kernet truk. Upah yang diterimanya dalam sehari hanya sekitar Rp 30 ribu hingga Rp 35 ribu. Saat ini, Deni tengah dipusingkan dengan kebutuhan membeli seragam untuk salah satu adiknya yang masih duduk di bangku kelas 2 SD. Harga seragam tersebut diketahui sebesar Rp 175 ribu. 

Deni dan adik-adiknya ternyata masih memiliki seorang ibu. Akan tetapi, wanita yang sehari-hari bekerja sebagai pembantu tepat di sebuah warung mi tersebut digaji tak seberapa. Kini, Deni dan keluarganya harus tinggal di sebuah rumah kos yang terletak di Desa Plongko RT.19/RW.03 Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Setiap bulannya, Deni harus mampu mengais rezeki demi membayar uang kos sebesar Rp 375 ribu. 

Selain Deni, ada juga Abi Rizal yang terpaksa jadi tulang punggung keluarga setelah ayah meninggal akibat Covid-19

Nasib malang juga terjadi pada seorang pelajar bernama Abi Rizal Mandani yang terpaksa menjadi tulang punggung keluarga. Sebab, ayah kandung Abi baru meninggal dunia karena virus Covid-19 yang menyerangnya beberapa waktu lalu. 

Seperti halnya Deni, Abi harus kerja membanting tulang dengan cara berjualan pentol. Bocah berusia 14 tahun itu seakan tak punya pilihan lain selain menjajakan dagangan tersebut dengan gerobak sederhana yang dimilikinya agar tetap bisa bertahan hidup. 

Abi mulai menjajakan dagangannya sekitar pukul 3 sore selepas pembelajaran daring. Meski begitu, bocah ini hanya akan berjualan hingga maghrib saja. Abi mengaku bahwa dirinya tidak merasa malu meski harus menjalani profesi sebagai penjual pentol dan batagor keliling. Pasalnya, Abi adalah anak tunggal sehingga dia adalah satu-satunya tumpuan keluarga. 

Syukur, selama menjajakan dagangannya, tak satupun teman Abi yang melakukan tindak perundungan. Sebab, teman-teman Abi memang mengetahui kondisi keluarga bocah tersebut. Tak jarang pula, teman-temannya turut membantu Abi berjualan. 

Saking tekunnya, Abi bukan hanya berjualan pentol. Bocah berusia 14 tahun ini juga memiliki pekerjaan lain di bengkel motor milik tetangganya. Upahnya pun cukup menjanjikan, yaitu sekitar Rp 50 ribu per hari yang bisa digunakan Abi untuk sekadar membeli paket internet demi kepentingan sekolah. 

Sementara ibu Abi yang bernama Muryati setiap hari bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Sebelum berangkat bekerja, wanita berusia 56 tahun itu akan terlebih dulu belanja ke pasar untuk membeli bahan dan membuat adonan pentol untuk akhirnya dijual oleh Abi. 

Sebenarnya, Muryati tidak tega melihat anak semata wayang yang begitu disayanginya harus berjualan pentol keliling. Pasalnya, di usia Abi yang sekarang, seharusnya anak itu sedang asyik menikmati permainan dengan teman-temannya. Akan tetapi, Abi justru harus menjadi tulang punggung keluarga. Tak heran jika Muryati sampai harus meneteskan air mata saat Abi hendak berangkat berjualan pentol keliling.

 

Artikel ini telah tayang sebelumnya di berbagisemangat.com dengan judul 'Kisah Deni, Bocah Jadi Tulang Punggung Keluarga Usai Ayahnya Meninggal, Nafkahi 4 Adiknya'.

Editor: Mahri Priyatno

Sumber: Berbagi Semangat


Belum ada Komentar untuk "Demi 4 Orang Adiknya, Deni yang Masih SD Terpaksa Jadi Tulang Punggung Keluarga"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel