Muhammad Nangis Dengar Adzan, Tasbih Tak Pernah Lepas dari Tangan Berharap Kesembuhan


Belum usai doa selamat dipanjatkan, tangis Muhammad Pika Riski pecah. Dengan suara lirih dan sesenggukan, bocah berusia 13 tahun ini tetap menyelesaikan doa untuk keselamatan dunia dan akhirat sampai akhir ayat disertai tangisan. Hanya satu doa yang dipanjatkan Muhammad: berharap kesembuhan.
“Dia bilang ke saya, ‘Mak, kalau aku sehat nanti akan terus ke masjid, adzan, salat dan ngaji’. Dia memang salatnya ndak pernah tinggal,” kata Dahlia, ibu Muhammad menirukan keinginan anaknya.

Sudah lima bulan ini keinginan Muhammad untuk beribadah di Masjid tertahan. Padahal, dia sangat ingin bisa seperti dulu lagi: mengumandangkan adzan, salat berjamaah dan mengaji.

“Sekarang kalau dia dengar orang adzan kadang menangis. Dia bilang pengen pergi (ke masjid) mau adzan,” katanya, Jumat 24 September 2021.

Muhammad kini, hanya bisa terbaring lemah di atas kasur lantai menghadap televisi. Benjolan daging di lutut kaki kirinya membuatnya sulit bergerak. Diameter daging yang tumbuh itu kini lebih besar dari kepalanya.

Bilur biru dari pembuluh darah menyembul, menyebar, memanjang sampai ke pangkal paha. Muhammad, menderita tumor ganas.

“Bulan April dia merasa nyeri sakit. Dioles minyak, nyeri ilang. Pertengahan bulan Mei mulai bengkak. Semakin besar, sampai sekarang,” katanya. Saat ini, Muhammada dan ibunya tinggal sementara di tempat keluarga di Gang Tani 1, Baning, Kecamatan Sintang.

Sebelum tumbuh benjolan di lutut, Muhammad sempat melanjutkan pendidikan di SMP Muhammadiyah. Berharap anaknya dapat pendidikan agama sekaligus pengetahuan umum.

Sayang, harapan itu tertunda untuk sementara. Cobaan itu datang. Rasa nyeri pada lutut yang sempat dialami Muhammad ternyata sel tumor. Lambat laun, benjolan semakin membesar. Muhammad, sulit berjalan.

“Saat masuk sekolah memang sudah bergejala. Baru seminggu di sana, terus bengkak. Kami putuskan untuk tunda sekolahnya,” katanya.

Pilihan Sulit

Derita Muhammad terdengar oleh Yustandi. Setelah mengumpulkan informasi, Kepala Seksi Pelayanan Medik pada RSUD Ade M Djoen Sintang ini lantas bergegas konsultasi dengan Sandra Harisandri, dokter spesialis bedah soal kondisi dan tindakan medis apa yang bisa dilakukan untuk Muhammad.

“Saya sudah konsultasikan dengan dokter bedah. Saya kasih gambaran, beliau sudah bisa memberikan gambaran apa yang harus dilakukan. Maka itu saya sampaikan ke ibu Muhammad, keputusannya ada di tangan keluarga. Saya wajib menyampaikan mencari solusi buat Muhamad, karena memang pilihannya berat. Boleh dibilang tidak enak,” kata Yustandi.

Dengan kondisi tumor ganas dan berat yang diderita Muhammad, solusi yang ditawarkan dokter bedah hanya bisa dilakukan tindakan amputasi pada kaki kirinya, untuk mencegah sel tumor menyebar ke organ tubuh lainnya.

“Operasi amputasi itu pilihan dokter paling sulit. Tapi itu jalan satu-satunya. Tapi dengan kondisi sudah seperti ini, ndak bisa tanpa operasi. Jika tidak (diamputasi) akar dari penyakit tumor ini kita sangat khawatirkan, tapi mudah mudahan tidak menjalar ke bagian tubuh yang lain. Ini pilihan sulit, tapi harus saya sampaikan. Keluarga bisa musyawarah, apabila anak dan keluarga siap, kami akan jemput Muhammad untuk diperiksa menyeluruh terlebih dahulu. Soal biaya ada BPJS, itu tugas saya ngurusnya, supaya tidak menimbulkan biaya,” kata Yustandi.

Yustandi memberikan gambaran, bahwa ada banyak orang yang telah menjalani operasi amputasi berhasil menjalani kehidupan yang baik dan sehat.

Muhammad Siap Dioperasi

Dahlia menghadapi pilihan berat. Di satu sisi, dia sangat ingin anaknya segera pulih dan kembali melanjutkan sekolah, mengumandangkan adzan, salat berjaah dan mengaji di masjid. Sementara sisi lain, ada peraaan belum tega jika anaknya kedepan harus hidup dengan satu kaki.

“Kami sekeluarga merasa tidak tega, kasihan. Tapi dia bilang kemarin sudah ikhlas, pasrah. Siap dioperasi. Dia bilang, ‘Cepat lah, Mak. Dipotong pun aku siap. Daripada aku nanti lebih parah lagi’,” kata menirukan permintaan anaknya.

Selama Muhammad terbaring sakit. Tangannya tidak pernah lepas dari tasbih. Anak kedua dari tiga bersaudara ini terus memanjatkan doa untuk kesembuhannya.

“Harapannya, pokoknya yang terbaik bagi dia. Itu saja. Semoga bisa sembuh kayak dulu lagi. Tasbih dia ndak pernah lepas,” ungkapnya.

Pada Jumat pagi hari ini, Muhammad dijemput Yustandi dibawa ke RSUD Ade M Djoen Sintang untuk dilakukan pemeriksaan menyeluruh.

“Sahabat kami dokter spesialis bedah siap, apakah nanti layak dioperasi di sintang atau di luar, kita periksa dulu kalau dia sehat semuanya, fisiknya kuat dokter akan lakukan di sini. Tetapi kalau tidak, resiko akan besar, mungkin akan ditunda. Kami ndak bisa bantu dengan cara lain. Ini pilihan berat, saya sebenarnya tidak enak menyampaikan ini, tapi ini bagian dari ikhtiar agar Muhammad kedepan lebih baik,” ujar Yustandi. (*)

Belum ada Komentar untuk "Muhammad Nangis Dengar Adzan, Tasbih Tak Pernah Lepas dari Tangan Berharap Kesembuhan"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel